BEKASI
BERITA UTAMA
DAERAH
0
Viral! Remaja Soroti Penggusuran Kali Bekasi: Pembangunan Kok Korbanin Rakyat Kecil?
Suarana.com - Seorang remaja perempuan menjadi sorotan publik setelah mengunggah video berisi kritik terhadap kebijakan penggusuran rumah di bantaran Kali Bekasi, yang merupakan bagian dari program normalisasi sungai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Video tersebut diunggah melalui akun TikTok @iam_auracinta pada Minggu (20/4) dan dengan cepat menjadi viral. Dalam unggahannya, remaja tersebut menyoroti dampak sosial yang dialami warga akibat program penggusuran itu.
Kebijakan Normalisasi Sungai oleh Pemerintah Provinsi
Program normalisasi sungai yang dicanangkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, bertujuan memperlancar aliran sungai dan mencegah terjadinya banjir. Salah satu implementasinya adalah pembongkaran bangunan liar di sepanjang bantaran sungai, termasuk di wilayah Kali Bekasi.
Namun, langkah ini menuai protes dari sejumlah warga terdampak, termasuk dari remaja pemilik akun TikTok tersebut. Ia mengklaim proses penggusuran dilakukan tanpa musyawarah atau pemberitahuan layak kepada warga.
Kritik Remaja dalam Unggahan Media Sosial
Dalam videonya, @iam_auracinta mengajak publik membayangkan situasi yang ia alami.
"Coba bayangin jika rumahmu dihancurkan tanpa musyawarah. Kami memang tinggal di tanah negara, tapi kami hidup dan membangun di sana selama bertahun-tahun," tulisnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa setelah bangunan warga dihancurkan, puing-puingnya diangkut dan dijual tanpa izin.
"Sekarang, bukan hanya rumah yang hilang, puingnya pun diangkut dan dijual tanpa izin. Katanya ada kompensasi, tapi yang kami pegang hanya sisa reruntuhan," lanjutnya.
Dalam video yang beredar, tampak alat berat menghancurkan bangunan, sementara remaja tersebut berdiri di atas reruntuhan sambil menyampaikan sindiran:
"Lucu ya, katanya pembangunan, tapi yang dikorbanin rakyat kecil."
Sorotan Terhadap Dampak Sosial dan Kurangnya Dialog
@iam_auracinta juga mempertanyakan proses pengambilan keputusan yang menurutnya mengabaikan suara warga.
"Katanya demi rakyat, tapi kenapa rakyat disingkirkan? Kalau ini untuk kebaikan, kenapa kami tak pernah diajak bicara?" ujarnya.
Ia menilai proyek-proyek besar yang mengatasnamakan pembangunan seringkali mengorbankan masyarakat kecil.
"Katanya untuk rakyat, tapi kenapa justru rakyat kecil yang dikorbanin?" tambahnya.
Dalam unggahan lain, remaja itu juga menyinggung kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggapnya tidak berpihak kepada masyarakat bawah, seperti pelarangan acara wisuda dan pembangunan infrastruktur yang berdampak langsung pada permukiman warga.
Seruan Penghormatan terhadap Hak Asasi dan Kemanusiaan
Mengaku mewakili suara mereka yang tidak dapat bersuara, @iam_auracinta menegaskan:
"Enggak semua orang bisa teriak, jadi gue yang bersuara. Karena diam bukan berarti rela, dan ngomong bukan berarti ngelawan," katanya.
Ia menambahkan bahwa rumah keluarganya telah digusur selama empat hari berturut-turut.
"Hari ini, hari ke-4 rumah gue digusur. Mungkin besok rumah kalian juga digusur. Dibungkus rapi atas nama pembangunan, tapi keadilan ke mana?" serunya.
Di akhir videonya, ia mengingatkan bahwa kekuasaan bersifat sementara, namun dampak psikologis yang dialami warga akan bertahan lama.
"Jabatan kalian bakal habis, tapi trauma mereka enggak akan pergi," tutupnya.
Video tersebut mendapat berbagai respons dari netizen. Ada yang mendukung suara remaja tersebut, namun tidak sedikit pula yang mengkritiknya.
"Mereka membongkar tanpa musyawarah denganmu? Hei nona, apakah orang tuamu sebelum membangun rumah sudah bermusyawarah dengan yang punya lahan?" komentar salah satu netizen.
Ada pula yang menyoroti aspek legalitas lahan yang ditempati warga.
"Lu tau, emak gw beli tanahnya aja 180 juta, itu pun belum bangun rumah. Lah elu, tanah gratisan," tulis akun lainnya.
"Ini mah ibarat yang punya utang lebih galak dari yang nagih," sindir netizen lain.
Via
BEKASI