Hasil Visum Kematian Pelajar Sekolah Dasar Telah Keluar,Ini Penjelasan Kapolresta Sukabumi
SUKABUMI|SUARANA-Kapolres Sukabumi Kota AKBP Ari Setyawan Wibowo dengan terang-terangan meminta waktu untuk melakukan pendalaman terkait kasus tersebut. Terlebih, kata dia, kasus ini melibatkan anak-anak di bawah umur yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
"Beri kami waktu untuk melaksanakan penyelidikan secara utuh terhadap penanganan kasus ini, apabila sudah melaksanakan secara utuh, kita akan melaksanakan gelar perkara. Sehingga kita dapat menyimpulkan secara utuh terkait penanganan kasus dugaan kekerasan yang mengakibatkan anak meninggal dunia," kata Ari kepada awak media di Mapolres Sukabumi Kota, Selasa 23/05/2023.
"Kalau waktu (berapa lama) intinya kita dalam penanganan, terutama dari kasus ini juga kita akan secepatnya untuk membuat terang kasus ini kepada seluruh masyarakat. Agar tidak ada yang ditutup-tutupi, tidak ada informasi yang liar," sambungnya.
Sejauh ini, polisi telah memeriksa 15 orang saksi yang terdiri dari enam orang anak atau siswa SD, empat orang dari pihak keluarga, dua orang dari pihak rumah sakit dan tiga orang guru. Hasil visum pun sudah diterima dari dua rumah sakit swasta yang ada di Sukabumi.
"Sudah keluar (hasil visum) namun saat ini tidak dapat menyampaikan di sini, karena kami sekali lagi mau melaksanakan penyelidikan secara utuh," ujarnya.
Ditanya soal dugaan kekerasan di tubuh korban, Ari meminta agar awak media bersabar dan menunggu hasil penyelidikan. "Nanti. Saya pastikan bahwa kita dari kepolisian akan melaksanakan penyelidikan ini secara normatif, objektif dan prosedural sesuai dengan perturan yang ada," katanya.
Sebelumnya diberitakan, kasus dugaan penganiayaan yang menimpa MH (9) diungkap oleh sang kakek inisial HY (52). Peristiwa penganiaayan itu disebut terjadi pada Senin 15/05/2023 lalu hingga mengakibatkan MH harus dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Mulanya keluarga tak menduga MH korban penganiayaan. Namun, korban mengakui ada penganiayaan itu kepada dokter yang menangani di rumah sakit.
"Kita nggak nyangka itu penganiayaan. Pas saya bawa ke rumah sakit, anak itu nggak ngaku, mungkin diancam saya kurang paham. Setelah dokter nanya sampai empat kali baru dia ngaku, dipukulin," kata HY.
"Kalau untuk keluarga yang penting gini aja, minta dituntaskan pelaku siapa yang sebenarnya dan minta pertanggungjawaban dari keluarganya (pelaku) dan tanggungjawab sekolah," sambungnya.
Editor: Dian Mulyadi.